Rabu, 22 September 2010

The Scientist Part 1


Seharian aku bergumam. Sendiri, tanpa yang lain. Memikirkan aku, dan sejenak kupikirkan tentang kisah cintaku yang seperti daun jatuh ini. Aku bertahan. Diantara segalanya. Bertahan tanpa ada yang mengetahui, jangankan oang lain engkau saja tak kubiarkan tahu. Bukan maksud apa apa, hanya tak enak saja jika selain aku dan Tuhanku yang mengetahuinya. Semalaman suntuk aku kau buat gelisah, ini bukan malam yang pertama kau buat aku resah. Malam malam yang lalu kau membuatku bukan hanya resah dan gelisah, namun gila. Gila yang mendekati sarap. Sakit sarap, mie sarap, sarap an pagi dan sarap sarap lainnya. Aku hanya ingat dulu kita hanya berkawan, hanya itu dan tidak ada perasaan apa apa. Apa aku hanya lelaki lemah yang hanya akan mempunyai cerita seperti ini tanpa akan membicarakan hal kurasakan ini kepadamu mungkin untuk selamanya? Ah, kau hanya terlalu indah untukku. Terlalu sayang jika harus kubuat  lubang diantara kita.

“hai” sapaku padamu. Kau menoleh, setengah tersenyum lalu kau acuhkan lagi aku.

“baru datang? Kutunggu dari tadi. Kemana saja? Pasti habis bertemu orang yang kau suka di jalan” tanyamu setengah menggoda. Aku tersentak. Jangankan bertemu orang yang kusuka di jalan. Orang yang kusuka ada tepat didepanku, dengan siapa lagi aku suka orang selain denganmu.

“buat apa? Yang kusuka sudah didepanku.” Jawabku ngasal. Kau kaget, menoleh padaku. Tidak kulihat ah, berpura pura tidak melihat reaksimu.

“hmm, yayaya. Membual macam apa pula ini kau” kau berucap, membalas pernyataanku. Andai kau tau sebenernya. Tidak mudah untukku kalau aku harus jujur. Nobody said it was easy. Apalagi untuk bisa membuat kita bersatu. Ah, aku meracau apa lagi ini?

“sudah, apa yang ingin kau ceritakan? Katakan. Terlalu lama aku menunggumu datang” kau menembakkan pertanyaanmu. Benar, aku yang menghubungimu supaya kau mendengarkan cerita cerita ga pentingku. Kau tau putri, aku hanya ingin melihat mu. You don’t know how lovely you are. Aku hanya ingin berkata sesuatu padamu, entahlah. Mungkin tentang perasaan ini, bisa saja bukan?

Sambil menunggu waktu yang tepat, kunyalakan api rokokku. Mempermainkan asapnya di udara. Kau tak protes, sudah tau akan kebiasaanku. Aku akan  bercerita tentang ini. Tentang semua perasaan ini ya akan aku ceritakan.. I had to find you and tell you I need you and tell you I set you a part..

xxxxx

Ah aku tak tau apa hanya sekedar perasaan atau imajinasi? Tak terdefinisikan. Semuanya blur aneh. Sejak kapan aku mulai suka padamu? Rasa rasanya kita kemarin hanya berteman saja. Tetapi mengapa kau ada di sampingku, semuanya terasa menyenangkan? Apa hanya perasaanku. Tak taulah, ingin rasanya kuceritakan kepadamu, tetapi takut jika kau keGRan, maka tak jadi. Ya sudah ku simpan sendirilah. Mungkin bisa saja aku yang terlalu percaya diri. Sudahlah, apa sedang kupikirkan? Tak taulah, tak penting.

“hai” tiba tiba suaramu mengagetkanku. Kutoleh sedikit, ku tersenyum sedikit. Ah, kau benar benar keterlaluan. Lama sekali kau datang aku sudah lelah, lelah tidak bertemu denganmu.

“baru datang? Kutunggu dari tadi. Kemana saja? Pasti habis bertemu orang yang kau suka di jalan” kucetuskan saja tiba tiba pertanyaanku itu. Benar benar lama memang. Kau kemana saja? Jangan jangan kau memang bertemu orang yang kau suka dijalan. Lelaki sepertimu… ah, mengapa aku berpikiran buruk tentangmu?. Aku jadi aneh sendiri

“buat apa? Yang kusuka sudah didepanku.” aku tertegun, kutoleh sejenak kau. Apakah muka mu serius. Kulihat, malah kau acuhkan aku. Tell me you you love me come back and haunt me aku hanya butuh pengakuanmu. Setidaknya kau memang suka padaku. Atau, aku dan kau memang malu malu. Malu malu kucing, sama pemalunya? Oh its such a shame for us to part.

“hmm, yayaya. Membual macam apa pula ini kau” ku ubah saja tema pembicaraanmu yang sudah mulai ngelantur. Kupastikan semua baik baik saja. Ooh, aku mulai memikirkanmu sekarang. Ada apa dengan kau? Ada apa dengan aku? Ada apa dengan cinta? Ada apa nak? Ada apanya buk? Ada apa ada apa? No one ever said it would be this hard.

            “sudah, apa yang ingin kau ceritakan? Katakan. Terlalu lama aku menunggumu datang” rupanya kau tidak mendengarkanku. Ah, kau malah menyalakan api rokokmu. Apa ini yang ingin kau perlihatkan kepadaku, bukan cerita yang ingin katamu kau ceritakan padaku? Kalau hanya begini, mengapa tak kau telpon saja aku. Toh sama sama buang waktu.

            Tapi rupanya kau juga memberikan waktu padaku untuk berpikir dengan keadaan kita. Ya, kita, antara kita. Aku tidak akan berpikir panjang. I’m going back to the start sajalah. Aku cari aman, selama kau masih terdiam.I was just guessing at numbers and figures Pulling your puzzles apart  Do not speak as loud as my heart


Dan kita akan terdiam, untuk waktu yang lama. Terdiam untuk perasaan yang tak bisa diperumpamakan, dan terdiam untuk kebaikan kita. Terdiam untuk selamanya, dan terdiam untuk saling mengatakan..


Senja di bulan September, 20 2010@malang
shibarani

based on my favourite song,
check this out
Come up to meet you, tell you I’m sorry
You don’t know how lovely you are
I had to find you, tell you I need you
Tell you I set you apart
Tell me your secrets, and ask me your questions
Oh lets go back to the start
Running in circles, coming up tails
Heads on a silence apart

Nobody said it was easy
Oh it’s such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said that it would be this hard
Oh take me back to the start
I was just guessing at numbers and figures
Pulling your puzzles apart
Questions of science, science and progress
Do not speak as loud as my heart
Tell me you love me, come back and haunt me
Oh and I rush to the start
Running in circles, chasing our tails
Coming back as we are

Nobody said it was easy
Oh it’s such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
I’m going back to the start

The Scientist - Chris Martin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar